Kamis, 16 April 2009

Investasi Leher keatas untuk Menghadapi Perubahan

TDW University - Investasi Leher keatas untuk Menghadapi Perubahan

Hidup ini penuh perubahan yang abadi hanyalah Tuhan, perubahan itu sendiri dan hukum alam. Cara Mencari uang pun dari jaman ke jaman terus berubah. Sekarang banyak muncul jutawan (dalam US$) baru dari Internet, dari bisnis-bisnis yang belum pernah terdengar sebelumnya.

Dan tidak sedikit orang kaya yang jatuh miskin, atau bahkan orang miskin yang bertambah miskin , karena mereka tidak mau belajar lagi untuk menghadapi perubahan . Dan terus mencari uang dengan cara yang lama , tidak mau berhenti untuk belajar lagi tren saat ini.

Pernahkah Anda mendengar kata Benjamin Franklin ? Beliau adalah ilmuan yang sangat dihormati oleh Amerika karena peletak hak-hak asasi manusia dan deklarasi kemerdekaan di Amerika, sehingga gambarnya ada si uang $100 yang merupakan pecahan terbesar di US. Benjamin Franklin pernah mengungkapkan bahwa setiap dollar yang diinvestasikan untuk kepala (belajar lagi), dalam pikiran akan kembali miliaran dollar dalam kantong kita.

Itulah mengapa saya terus belajar di singapore sampai US dan terus berinvestasi untuk leher ke atas, karena saya yakin akan menambah income saya. Ketika saya belajar dari yang sukses, maka saya yakin akan sukses.

pertanyaan Saya, mana yang lebih menghasilkan leher keatas atau leher kebawah ? banyak orang didunia ini lebih senang menggunakan uangnya untuk kepentingan leher kebawah, yakni membeli pakaian baru, mobil baru yang tidak akan bisa menambah kekayaan mereka. Sedangkan jika mereka berani berinvestasi pada leher keatas, ke pembelajaran tentang property, bisnis, saham dan internet , mereka bisa melipatgandakan kekayaan mereka

Tahukah Anda apabila Anda menjumlahkan penghasilan dari 5 orang terdekat Anda dan Anda bagi 5, maka itulah jumlah penghasilan Anda. Tanpa Anda sadari pola berpikir teman-teman Anda tentang uang akan mempengaruhi Anda, sedemikian sehingga Anda akan menjadi sama dengan mereka. Bagaimana jika teman Anda tersebut bukanlah seorang miliarder atau multi miliarder ? Tentunya gaya pemikiran mereka adalah cara berpikir ala seorang jutawan.

Saya bukan melarang Anda bergaul dengan orang miskin, Saya pun bergaul dengan siapapun. Tapi saat berbicara soal mindset tentang uang, pastikan Anda bergaul, sharing dan belajar dengan orang yang tepat

Dan tahukah Anda bagaimana cara berpindah dari gelombang orang miskin menjadi gelombang orang kaya? Caranya ada 2 :
1. bergaul dgn orang kaya
2. belajar dan terus belajar

Org kaya terus belajar dan tumbuh, contohnya saya sangat kagum dengan pak Lukminto yg punya Sritex di solo luas pabriknya saja 100 hektar dan merupakan produsen pakaian militer terbesar didunia. Bahkan rumahnya diresmikan oleh dua presiden, yaitu Bu Megawati dan Pak SBY. Pak Lukminto ini saja ingin terus belajar dan belajar, bahkan mengundang saya untuk bicara di pabrik beliau. Begitu juga dengan pak Teguh Kinarto di Surabaya yang punya perusahaan properti, beliau terus belajar supaya anaknya juga terinspirasi untuk terus belajar.

Saya tahu orang miskin merasa selalu tahu segalanya, tidak mau belajar dan selalu punya seribu satu alasan untuk tidak belajar yg akhirnya membuat mereka tidak belajar dan takut berinvestasi. Dan itulah sebabnya mengapa mereka terus miskin, karena tidak dapat melihat peluang , mengalokasikan uangnya, dan berinvestasi dengan baik.

Sedangkan orang kaya selalu ingin terus belajar, bahkan tidak peduli terhadap siapa pun yg mempunyai ide lebih baik daripada dia. Mereka berani membayar untuk belajar, mentraktir orang yang jauh lebih kaya untuk belajar ilmunya. Oleh karena itu dia bertambah kaya karena mengerti pola orang kaya.

Karena itu saya terus mengalokasikan uang, tenaga, pikiran, waktu untuk rutin terus belajar ilmu-ilmu yg terbaik, sehingga saya yakin pasti kaya, sudah kaya dan akan terus luangkan waktu, tenaga, uang, pikiran untuk belajar bisnis, properti, saham, internet dan akan terus belajar apapun yang dapat membuat saya menjadi lebih kaya. Ini adalah pemikiran Trilyuner saya

Demikian juga dengan Anda, selalu harus berkomitmen untuk berani berinvestasi dan belajar. Untuk itu sebagai public commitment Anda ketikkan di comment box dibawah ini ” Saya akan terus berani berinvestasi untuk leher keatas , untuk melipatgandakan kekayaan Saya ! Ini pemikiran Trilyuner Saya

Salam Dahsyat,

Tung Desem Waringin

Rabu, 25 Maret 2009

Tertidur di kelas???


Sering Tertidur Berisiko Tinggi Stroke
16-03-2009

Pernah melihat kakek atau nenek tertidur begitu saja pada siang ketika menonton televisi atau saat berkumpul di ruang keluarga? Untuk orang lanjut usia (lansia) seperti mereka, fenomena itu mungkin dapat dimaklumi mengingat kondisi fisik yang sudah menurun.

Meski begitu, jika frekuensi tertidur seperti itu terbilang sering, justru harus diwaspadai. Menurut penelitian para ahli di Amerika Serikat, lansia yang mengalami kesulitan untuk tetap terjaga saat siang berisiko terkena stroke.

Seperti yang dilaporkan Reuters, lansia yang kerap tidur siang memiliki risiko empat kali lebih besar untuk terkena stroke. Para peneliti juga menemukan risiko lebih tinggi mengalami serangan jantung dan penyakit pembuluh darah jantung pada lansia yang terkantuk-kantuk saat siang tanpa melakukan kegiatan apa pun.

"Bahkan, setelah kami mengontrol sejumlah faktor, seperti darah tinggi, diabetes, kelebihan berat badan, dan aktivitas fisik, lansia yang tertidur siang umumnya mengalami serangan stroke," papar Bernadette Boden Albala dari Columbia University di New York.

Dalam riset itu, Albala beserta timnya melibatkan 2.153 lansia dengan kisaran usia 73 tahun. Riset mencatat bahwa risiko stroke 2,6 kali lebih tinggi di antara lansia yang kadang-kadang tidur siang dibandingkan dengan lansia yang tidak tidur siang. Sementara itu, para lansia yang hampir setiap hari tidur siang berisiko 4,5 kali lebih tinggi.

Riset yang juga dibahas pada konferensi American Stroke Association di New Orleans itu adalah yang pertama menelaah hubungan antara tidur siang dan gangguan pembuluh darah jantung yang dapat menimbulkan stroke.

Penelitian lainnya juga menemukan bahwa lansia yang mengalami gangguan tidur dan mengalami kondisi berhentinya pernapasan berisiko tinggi terkena stroke.

Boden Albala dalam penelitiannya melibatkan pria dan wanita hispanik (keturunan Spanyol) di atas usia 40 tahun yang menetap di Kota New York dan tak ada satu pun di antara mereka yang terkena serangan stroke.

Para peneliti menanyakan seberapa sering mereka tertidur dalam situasi tertentu. Misalnya, saat menonton televisi, duduk tenang setelah makan siang tanpa mengonsumsi minuman beralkohol, dan saat menunggu lampu lalu lintas.

Sebanyak 44 persen mengatakan, mereka tidak tertidur sama sekali, 47 persen tertidur untuk waktu pendek, 9 persen tertidur pulas. Setelah berselang 2,5 tahun, Albala dan rekan-rekan kembali memeriksa berapa banyak yang terkena stroke atau penyakit gangguan pembuluh darah jantung, misalnya serangan jantung.

Mereka menemukan 40 di antaranya mengalami stroke dan 127 lainnya mengalami penyakit gangguan pembuluh darah jantung. Para peneliti menemukan, para lansia yang mengalami kesulitan paling hebat untuk tetap terbangun pada siang mengalami risiko stroke paling tinggi. Namun, kejutan yang paling besar adalah pada kelompok lansia yang masuk kelompok moderat.

\'\'Kami juga menemukan kelompok ini memiliki risiko sebesar 2,5 kali lebih tinggi terkena stroke dan sekitar 60 persen mengalami risiko akibat gangguan pembuluh darah jantung," kata Albala.

Albala mengakui, pihaknya belum dapat menjelaskan penyebab kantuk saat siang atau hubungannya dengan gangguan tidur serta meningkatnya risiko terkena stroke "Apa kaitannya antara faktor-faktor kondisi tersebut, kami harus menyelidiki lebih jauh," ungkapnya

sumber : jawapos.co.id